Rokok diketahui sebagai faktor resiko osteoporosis
sejak 20 tahun lalu. Berbagai studi menunjukkan merokok meningkatkan resiko
fraktur (patah tulang). Ditemukan
bahwa makin lama dan makin banyak seseorang merokok, resiko fraktur menjadi
semakin besar. Perokok yang mengalami fraktur, biasanya membutuhkan waktu lebih
lama untuk pulih. Menjadi perokok pasif di usia muda, dapat
meningkatkan resiko rendahnya massa tulang. Berhenti merokok akan mengurangi
resiko seseorang mengalami massa tulang rendah dan fraktur. Dampak rokok
terhadap kesehatan tulang belum diketahui pasti apakah penurunan massa tulang
memang disebabkan oleh rokok, atau oleh faktor resiko lain. Misalnya secara
umum tubuh para perokok cenderung lebih kurus. Berat badan ringan adalah
salah satu faktor resiko massa resiko massa tulang rendah. Perokok juga cenderung
lebih akrab terhadap alkohol, kurang aktif dan memiliki pola makan yang kurang
baik. Dan wanita perokok umumnya memiliki kadar estrogen lenih rendah, dan
cenderung lebih cepat mengalami menopause. Namun, beberapa literatur
menyebutkan bahwa merokok dapat mengurangi penyerapan kalsium oleh tubuh.
Konsumsi kafein dan alkohol berlebihan juga meningkatkan resiko
osteoporosis. Tak lain karena kedua jenis minuman ini mengurangi kemampuan
tubuh menyerap kalsium dan mengahambat osteoblast (pembentukan tulang). Air
seni peminum kafein mengandung lebih banyak kalsium. Ini berarti banyak kalsium
yang dibuang dari dalam tubuh sehingga, tentunya tabungan tulang akan menipis.
Cara terbaik tentu saja menghindari semua faktor resiko yang dapat
dihindari. Paling tidak meminimalkan. Jika belum bisa berhenti merokok, maka
pastikankita dapat mencukupi kebutuhan kalsium harian sesuai usia. Bagi peminum
kopi/alkohol, hindari mengonsumsinya bersamaan/berdekatan dengan mengonsumsi
makanan berkalsium : beri jarak1-2 jam. Usahakan berjemur dibawah sinar
matahari pagi, cukup 10-15 menit setiap hari. Tidak kalah penting, jangan malas
bergerak. Olahraga ringan seperti berjalan kaki selama 15-30 menit, 3-5
kali/minggu, terbukti dapat menguatkan tulang.
Mencegah osteoporosis harus dilakukan
sejak dini. Osteoporosis identik dengan orangtua. Bukan berarti hanya
mereka yang berusia > 40 tahun yang perlu waspada terhadap silent disease
ini. Pencegahan perlu dilakukan sedini mungkin. Pertumbuhan tulang yang optimal
selama masa anak-anak dan remaja, dapatmencegah resiko osteoporosis di kemudian hari. Pertumbuhan
tulang paling optimal terjadi pada awal masa remaja, yakni sekitar usia 10-14
tahun (anak perempuan) dan 12-16 tahun (anak laki-laki). Sekitar 45% massa
tulang dewasa dibentuk pada masa remaja dan terus berjalan hingga usia 30-an.
Peak bone mass (puncak massa tulang) terjadi di usia 25-30 tahun.
Sekitar 99% kalsium tubuh disimpan di tulang dan gigi. Pada masa puber,
tulang tumbuh dengan cepat. Konsumsi kalsium di usia muda akan menentukan
kekuatan tulang nantinya. Perlu diingat penyerapan kalsium hanya sekitar 30%
dari konsumsi kalsium. Penyerapan kalsium maksimal bisa didapat dengan konsumsi
1.200-1.500 mg kalsium/hari. Jika berlebihan hampir semua kelebihannya akan
dibuang. Sebaliknya, jika kurang tulang tidak akan menerima cukup kalsium yang
dibutuhkan sehingga puncak massa tulang tidak tercapai.
Susu adalah sumber kalsium
terbaik karena paling mudah diserap oleh tubuh. Konsumsi kalsium harus ditunjang dengan vitamin
D dan aktif bergerak. Biarkan anak bermain bersama teman-teman, dan dukung
keinginan mereka untuk memiliki kegiatan lain di luar sekolah seperti menari,
berlatih bela diri, renang dan lain-lain. Semua itu akan menunjang pertumbuhan
dan kepadatan tulang mencapai puncaknya pada usia 30 tahun. Lindungi anak dari
osteoporosis sedini mungkin.
No comments:
Post a Comment