Wednesday, February 5, 2014

Defisiensi Kalsium

Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang terhambat. Kekurangan kalsium akan menyebabkan tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh. Pada usia dewasa, terutama di atas 50 tahun akan kehilangan kalsium dari tulangnya. Tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Hal ini dinamakan osteoporosis yang dapat dipercepat oleh keadaan stress sehari - hari. Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita daripada laki - laki dan lebih banyak pada orang kulit putih daripada kulit berwarna. Di samping itu osteoporosis lebih banyak terjadi pada perokok dan peminum alkohol (Almatsier, 2002).

Kekurangan kalsium dapat pula menyebabkan osteomalasia, yang dinamakan juga riketsia pada orang dewasa dan biasanya osteomalasia ini terjadi karena kekurangan vitamin D dan ketidak seimbangan konsumsi kalsium terhadap fosfor. Mineralisasi matriks tulang terganggu, sehingga kandungan kalsium di dalam tulang menurun 
Kadar kalsium darah yang sangat rendah dapat menyebabkan tetani atau kejang - kejang. Kepekaan serabut saraf dan pusat saraf terhadap rangsangan meningkat, sehingga terjadi kejang otot misalnya kram pada kaki. Tetani dapat terjadi pada ibu hamil yang makannya terlalu sedikit mengandung kalsium dan terlalu tinggi mengandung fosfor. Tetani kadang terjadi pada bayi baru lahir yang diberi minum susu sapi yang tidak diencerkan yang mempunyai rasio kalsium dan fosfor rendah (Almatsier, 2002).

Menurut Kartono dan Soekatri (2004), kekurangan kalsium dapat meningkatkan risiko osteoporosis pada orang dewasa yaitu gangguan yang menyebabkan secara bertahap jumlah dan kekuatan jaringan tulang. Penurunan itu disebabkan oleh terjadinya demineralisasi yaitu tubuh yang kekurangan kalsium akan mengambil simpanan kalsium yang ada pada tulang dan gigi. Pada masa pertumbuhan, kekurangan kalsium dapat menyebabkan pengurangan pada massa tulang dan kekerasan tulang yang sedang dibentuk.


                                                    

Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan akan menyebabkan seseorang mengalami gangguan pada bentuk tulangnya terutama pada tulang bagian belakang. Gangguan bentuk – bentuk tulang belakang tersebut antara lain :

· Skoliosis

· Etiologi

Sampai saat ini berbagai hasil penelitian pun masih simpang siur. Meski demikian, para ahli sependapat bahwa ada faktor-faktor yang membuat seseorang memiliki risiko lebih besar terkena skoliosis daripada orang lain.

Berbagai faktor tersebut antara lain:

a. Jenis kelamin

Dari banyak kasus, diketahui bahwa kaum Hawa lebih banyak terserang skoliosis daripada kaum Adam. Selain itu, derajat lengkungan pada wanita biasanya lebih parah dibandingkan pada kaum pria. Alasan mengapa hal ini terjadi masih belum diketahui dengan pasti.

b. Usia

Penyakit skoliosis ini lebih banyak menyerang remaja perempuan karena berhubungan dengan faktor genetik. Pada remaja laki – laki dengan prosentase sekitar 40 – 60 persen ( Ketut, 2006). Senada dengan hal tersebut, penyakit ini banyak diketemukan dalam usia remaja dimana saat remaja terjadi percepatan dari pertumbuhan Biasanya penyakit ini dirasakan pada umur sekitar 10 tahun sampai umur pertumbuhan tulang berhenti ( Soetjiningsih, 2004).

c. Derajat lengkung tulang

Semakin besar derajatnya, semakin besar kemungkinan bertambah parah dan semakin susah untuk ditangani

d. Lokasi

Lekukan yang terjadi pada tulang punggung bagian bawah lebih kecil kemungkinan bertambah parah, dibandingkan dengan lekukan pada tulang punggung bagian atas.

e. Gangguan tulang punggung bawaan.

Anak yang lahir dengan skoliosis (skoliosis kongenital) sangat berpeluang untuk bertambah parah keadaannya.

f. Kelainan saraf, keturunan, dan penyakit infeksi.



No comments:

Post a Comment