Saturday, February 15, 2014

Hubungan Kalsium Susu dan Non Susu dengan Tinggi Badan Serta Densitas Tulang

Kalsium erat hubungannya dengan pertumbuhan tinggi badan dan tak dapat dipungkiri memang mengkonsumsi susu sangat earat hubungannya dengan kenaikan tinggi badan. Dalam kesempatan ini, akan dibahas hubungan antara mengkonsumsi kalsium susu dan non susu dan kaitannya dengan tinggi badan serta densitas tulang.

Hubungan Konsumsi Susu dengan Tinggi Badan

Uji hubungan menjelaskan bahwa terdapat hubungan positif antara tinggi badan dengan frekuensi minum susu (p<0.05) dan tinggi badan dengan jumlah (ml) susu yang dikonsumsi (p<0.05). Susu mengandung zat gizi yang diperlukan bagi pertumbuhan tulang dan pertumbuhan tinggi badan diantaranya kalsium, protein dan insulin-like growth factor. Uji korelasi menjelaskan bahwa terdapat hubungan positif yang nyata antara lamanya kebiasaan minum susu dengan tinggi badan. Kebiasaan minum susu yang dimulai sejak waktu yang lalu, misalnya balita, berkorelasi dengan tinggi badan yang lebih baik dibandingkan dengan orang – orang yang melakukan kebiasaan minum susu yang baru dimulai beberapa tahun terakhir. Uji korelasi menunjukkan tidak ada hubungan yang nyata antara konsumsi kalsium dari susu dengan tinggi badan. Selain kalsium, faktor yang mempengaruhi tinggi badan yaitu hormon pertumbuhan, IGF-1, faktor genetik, aktivitas harian dan olahraga.

Hubungan Konsumsi Susu dan Konsumsi Kalsium Susu dengan Densitas Tulang

Uji korelasi menunjukkan adanya hubungan positif yang nyata antara lamanya kebiasaan minum susu dengan densitas tulang. Lamanya orang untuk mulai terbiasa mengonsumsi susu berkorelasi positif dengan nilai SI (p<0.1). Semakin awal subjek mulai terbiasa minum susu, semakin baik nilai SI-nya berdasarkan hasil pengukuran. Hasil penelitian Du (2002), menemukan bahwa remaja wanita yang mengonsumsi susu mempunyai kepadatan tulang yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak atau hanya sedikit mengonsumsi susu. Konsumsi kalsium dari susu yang semakin tinggi tidak diikuti dengan nilai SI yang semakin baik. Densitas tulang bukan hanya ditentukan oleh konsumsi kalsium, tetapi juga faktor genetik, ketersediaan vitamin D, gaya hidup, serta aktivitas fisik dan olahraga. Anderson (2004) menyatakan bahwa faktor genetik menentukan sekitar 60% perkembangan massa tulang, sehingga sekitar 40% ditentukan oleh faktor lingkungan. Susu merupakan produk hewani yang memiliki kandungan fosfor yang tinggi. Fosfor dari susu dan jenis pangan lain dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan kalsium dan fosfor sehingga dapat mengganggu absorpsi dan ekskresi kalsium. Rasio vital antara Ca : P untuk pertumbuhan tulang yang ideal adalah 1:1 hingga 2:1. Attwood (2003) mengemukakan bahwa susu mengandung protein yang tinggi. Pada jumlah tertentu konsumsi protein yang diikuti dengan konsumsi kalsium yang baik terbukti memberi pengaruh nyata terhadap terbentuknya kepadatan tulang yang baik, namun konsumsi protein yang tinggi yang tidak diikuti dengan konsumsi kalsium yang cukup dapat memberikan pengaruh pada menurunnya kepadatan tulang. Hal ini dikarenakan konsumsi protein dapat meningkatkan hilangnya kalsium melalui urin.



Hubungan Konsumsi Kalsium Non-Susu dengan Tinggi Badan dan Densitas Tulang

Uji korelasi menunjukkan tidak terdapat hubungan yang nyata antara konsumsi kalsium dari pangan non-susu dengan tinggi badan dan densitas tulang subjek. Hal ini dapat terjadi karena konsumsi kalsium dari non-susu hanya merupakan sebagian dari asupan total kalsium harian. Pangan sumber kalsium seperti tahu, tempe, kacang-kacangan dan sayuran hijau mengandung serat dan oksalat yang akan membentuk garam tidak larut, sehingga menghambat absorpsi kalsium dalam tubuh. Uji korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara tingkat kecukupan konsumsi kalsium total dengan tinggi badan manusia. Tingkat kecukupan konsumsi kalsium total yang semakin tinggi tidak selalu diikuti oleh tinggi badan yang semakin tinggi pula. Uji beda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara rata-rata densitas tulang pada manusia yang tingkat kecukupan konsumsi kalsium total bila dikelompokkan pada kelompok defisien kalsium (<66% tingkat kecukupan kalsium) dibandingkan kelompok cukup kalsium (>=66% tingkat kecukupan). Hal ini menunjukan ada kecenderungan adanya orang – orang yang defisiensi kalsium juga mempunyai densitas tulang yang rendah.









(sumber : jurnal gizi dan pangan)

No comments:

Post a Comment